My Holiday 2025 : “Menjadi Generasi Rahmatan Lil ‘Alamin melalui Pengabdian Masyarakat: Pengalaman Mengajar di SEMADIKSI Batch 1“
Menjadi Generasi Rahmatan Lil ‘Alamin melalui Pengabdian Masyarakat: Pengalaman Mengajar di SEMADIKSI UNUSA Batch 1
Liburan semester biasanya menjadi waktu yang dinanti mahasiswa untuk beristirahat atau bersenang-senang. Namun, bagi saya, liburan kali ini terasa berbeda dan jauh lebih bermakna. Melalui program My Holiday UNUSA 2025, saya memilih untuk mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat SEMADIKSI (Seduluran Mahasiswa Bidikmisi dan KIP-K) Batch 1 yang dilaksanakan di Desa Tanjungsari, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo. Selama dua minggu, saya bergabung di divisi pengajaran yang bertugas mendampingi anak-anak TK dan SD, khususnya di SDN 4 Kupang Kalialo.
Bagi saya, inilah wujud nyata peran mahasiswa sebagai generasi Rahmatan Lil ‘Alamin—generasi yang membawa rahmat, manfaat, dan kebaikan bagi lingkungannya. Kehadiran kami tidak hanya sekadar mengajar, tetapi juga berbagi inspirasi, menumbuhkan semangat belajar, serta menunjukkan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang layak meski dalam keterbatasan.
SEMADIKSI Batch 1: Gerakan untuk Memberdayakan
Pengabdian SEMADIKSI Batch 1 mengusung semangat pemberdayaan masyarakat. Desa Tanjungsari sendiri mayoritas dihuni warga yang bekerja sebagai petani tambak dan pencari rumput laut. Kondisi sosial-ekonomi yang sederhana membuat anak-anak tumbuh dalam keterbatasan, terutama dari sisi fasilitas pendidikan. Namun, semangat belajar mereka tidak pernah surut.
Mengusung tema lomba “Mewujudkan Generasi Rahmatan Lil ‘Alamin yang Inovatif dan Berdampak Bagi Bangsa”, kegiatan ini membuktikan bahwa inovasi dan dampak besar tidak selalu lahir dari ruang mewah, melainkan juga bisa tumbuh dari kelas sederhana di pelosok desa.
Inovasi dalam Mengajar
Mengajar anak-anak ternyata bukan sekadar menyampaikan materi. Dibutuhkan kreativitas agar mereka tertarik dan termotivasi. Karena itu, kami mencoba memadukan pembelajaran dengan permainan edukatif, bercerita, bernyanyi, hingga mengadakan lomba sederhana.
Inovasi kecil tersebut membawa perubahan besar. Anak-anak menjadi lebih antusias, aktif bertanya, bahkan berani menyampaikan pendapat. Mereka tidak hanya belajar membaca, menulis, atau berhitung, tetapi juga belajar kebersamaan, kedisiplinan, dan rasa percaya diri. Di situlah saya melihat arti inovasi dalam pengabdian: menghadirkan cara sederhana namun bermakna untuk meningkatkan kualitas belajar.
Pendidikan sebagai Pondasi Bangsa
Apa yang kami lakukan memang sederhana—mengajar anak-anak di desa. Namun, bila dipandang lebih jauh, pendidikan adalah pondasi keberlanjutan bangsa. Anak-anak yang cerdas akan tumbuh menjadi generasi mandiri, berdaya, dan mampu meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Pendidikan menjadi jembatan menuju kemandirian ekonomi dan sosial.
Dengan kata lain, pengabdian masyarakat bukan hanya memberi manfaat sesaat, tetapi juga menanam benih perubahan jangka panjang. Dari anak-anak inilah lahir calon-calon penerus bangsa yang lebih siap menghadapi tantangan masa depan.
Menjadi Rahmatan Lil ‘Alamin
Tema lomba ini mengingatkan saya bahwa menjadi mahasiswa bukan hanya soal akademik, tetapi juga soal memberi manfaat. Generasi Rahmatan Lil ‘Alamin adalah generasi yang peduli, hadir untuk membantu, dan menjadi rahmat bagi sekitarnya.
Melalui pengabdian ini, saya belajar banyak hal. Saya belajar sabar ketika menghadapi anak-anak dengan karakter yang beragam, belajar empati terhadap masyarakat yang berjuang dalam keterbatasan, serta belajar kerja sama dengan tim. Semua pengalaman ini meneguhkan bahwa mahasiswa harus menjadi agen perubahan yang membawa kebaikan, sekecil apa pun kontribusinya.
Liburan semester kali ini mengajarkan saya bahwa menjadi bagian dari generasi Rahmatan Lil ‘Alamin berarti menebar manfaat di mana pun kita berada. Melalui pengabdian masyarakat SEMADIKSI Batch 1, saya merasakan langsung bahwa inovasi sederhana dalam pendidikan bisa memberi dampak yang besar.
Saya berharap kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut, melibatkan lebih banyak mahasiswa, dan menjangkau masyarakat yang lebih luas. Karena dari langkah-langkah kecil inilah, kita bisa membangun bangsa yang cerdas, berdaya, dan mandiri. Menjadi mahasiswa bukan sekadar menuntut ilmu, tetapi juga mengabdikan ilmu untuk kebermanfaatan umat dan bangsa. Itulah jalan menuju terbentuknya generasi Rahmatan Lil ‘Alamin yang inovatif dan berdampak nyata.
Komentar
Posting Komentar